Thursday 29 January 2009

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menulis Angka

Tahukah anda, bahwa menulis angka numerik berbeda dengan menulis angka Romawi??

Lebih simple-nya, silahkan melihat beberapa contoh di bawah ini:

Peringatan HUT Kota Otonom Tanjungpinang ke-7 diperingati secara meriah. (numerik)
Peringatan HUT Kota Otonom Tanjungpinang VII diperingati secara meriah. (Romawi)
Peringatan HUT Kota Otonom Tanjungpinang ketujuh diperingati secara meriah. (tulisan)>>> jangan ditulis ke tujuh, tetapi disambung

Berikut di bawah ini akan diberikan beberapa contoh yang sering ditemukan sebagai kesalahan besar dalam menulis judul:

Penangkapan 5 Tersangka Kasus Obat Terlarang di Surabaya -- seharusnya ditulis -- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Obat Terlarang di Surabaya.

Selanjutnya perhatikan kalimat berikut di bawah ini:

Penangkapan 15 Terasangka kasus Obat Terlarang di Surabaya (ditulis dengan angka karena terdiri dari dua buah angka --> Pada penulisan Judul, bila angka terdiri dari sebuah saja, maka harus ditulis dengan huruf, selebihnya ditulis dengan angka).

Lalu bagaimanakah halnya bila angka dituliskan di awal kalimat?
Berikut di bawah ini beberapa contoh yang perlu diperhatikan:

216 Kota Tepian Air di Indonesia dalam Bahaya Iklim Terburuk di Tahun 2012. (benar)
2 Syarat Calon Duet Prabowo -- seharusnya ditulis -- Dua Syarat Calon Duet Peabowo

Friday 23 January 2009

Lika-liku Pembuatan Judul


Ibarat manusia, setiap orang punya kepala. Demikian juga setiap tulisan dalam berbagai bentuk dan jenis tulisan mempunyai “kepala”, walau tidak mutlak, yang biasanya dikenal sebagai judul tulisan. Setiap artikel opini ada judulnya, begitu juga tulisan berita, kreativitas seni semisal puisi, cerita pendek, dan seterusnya. Hampir setiap buku dipastikan memiliki judul buku, dan selanjutnya di dalam-nya terdapat lagi judul-judul untuk setiap bab-nya. Tulisan yang menurut saya tidak punya judul, antara lain tulisan umum berupa pengumuman (sebagian ada judulnya).

Bagi begitu banyak orang, termasuk yang suka menulis, ternyata membuat judul sebuah tulisan bukanlah pekerjaan mudah. Tidak sedikit dari kita yang akhirnya menyerah, batal menulis akibat tidak menemukan judul dari artikel yang ingin ditulisnya. Sebagian lagi berhasil menemukan judul bagi tulisannya, namun kurang memiliki relevansi dengan tulisan atau kurang menarik. Akibatnya, banyak tulisan yang dihasilkan tidak dibaca oleh orang lain gara-gara judul tulisan yang mengesankan bahwa tulisan itu tidak penting dibaca.

Untuk membantu para penulis pemula KabarIndonesia, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat judul dari tulisan anda. Perlu dimaknai bahwa panduan ini sekedar sebagai pengarah awal dalam menciptakan judul yang baik sesuai standar umum bahasa Indonesia. Peningkatan kemampuan menghasilkan judul tulisan yang berkualitas masih harus terus-menerus diasah agar semakin hari tulisan anda semakin bagus, menarik untuk dibaca, dan mencapai sasaran yang Anda harapkan.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa sebuah judul mencerminkan isi tulisan. Mungkin karena ketentuan itu, banyak penulis membuat judul tulisan justru setelah tulisannya selesai dituangkan. Salah satu sebabnya adalah pemahaman yang utuh terhadap apa yang dia tulis lebih lengkap setelah semua idenya terekam dalam tulisannya. Sesuai pengalaman, ada baiknya anda tidak memikirkan terlalu serius, yang akan menyita waktu lama, pada soal judul tulisan terlebih dahulu. Tuangkan saja ide yang ingin dituliskan, dan kemudian setelah selesai, carilah judul yang tepat untuk tulisannya. Syukur-syukur di tengah menuliskan artikel, inspirasi tentang judul-nya mencul di benak anda. Bila benar-benar sulit, meminta saran teman dan sahabat adalah salah satu solusi yang dipandang bijak juga.

Sebagian penulis lagi lebih suka menemukan judul tulisan terlebih dahulu untuk bisa menuangkan ide dengan baik. Hal ini dianggap memudahkan penulis untuk menginventarisir bahan tulisannya karena ada “acuan”, yakni judul tadi, dalam mengumpulkan ide-ide yang relevan. Melalui penemuan judul tulisan di awal menulis, biasanya dapat menginspirasi seorang penulis untuk mengembangkan ide awal yang mungkin masih sangat sederhana. Dengan cara ini pula, isi tulisan dapat “dikendalikan” untuk tidak menyimpang jauh dari esensi ide yang kita ingin tuangkan.

Walau sebuah judul harus mencerminkan isi tulisan, namun kaidah pembuatan judul mempersyaratkan ketentuan judul yang singkat dan padat. Maksudnya, sebuah judul tulisan tidak perlu panjang-panjang. Semakin singkat semakin baik. Jika pun judul tulisan dapat dibuat hanya satu kata, itu akan lebih baik. Pada persoalan inilah seorang penulis diharapkan untuk melatih dirinya memproduksi judul yang singkat tapi padat makna untuk tulisannya. Sesuatu yang baik untuk dilakukan, cobalah membuat beberapa judul bagi setiap tulisan anda, dan adakan pemilihan judul dari beberapa judul itu yang pada akhirnya akan diletakkan sebagai kepala tulisan tersebut.

Dalam memilih judul dari beberapa opsi yang anda telah buat itu, pertimbangkanlah hal-hal berikut dan cocokkan dengan judul, apakah sudah sesuai atau belum.

Pertama, judul tulisan harus singkat, dengan penekanan lebih pendek lebih bagus. Disesuaikan dengan anjuran penulisan di KabarIndonesia, jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari dua belas kata, atau 90 ketukan (karakter = huruf, tanda baca, spasi). Untuk itu eliminasi setiap kata yang tidak perlu. Cara termudah adalah, keluarkan satu persatu kata yang anda gunakan pada judul. Bila setelah satu kata tersebut dikeluarkan dari judul namun judul tersebut tidak berobah maknanya, maka kata itu dianggap tidak perlu. Contoh: KAPOLRI: Gaji Hakim Idealnya Rp. 50 Juta, Polri Level Bawah Rp 8 Jutaan (judul aslinya). Beberapa kata dari judul ini bisa dihilangkan, yakni “Idealnya”, “Level”, dan “Bawah”. Jadi, sebaiknya judul tulisan ini menjadi: KAPOLRI: Gaji Hakim Rp. 50 Juta, Polisi Rp. 8 Jutaan. Kata “Polri” berganti menjadi “Polisi” sebagai alternatif saja, untuk menghindarkan pengulangan bunyi pada kata “KAPOLRI” yang sudah terpakai di depannya.

Beberapa contoh lain sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya kutip dari judul-judul artikel/tulisan di KabarIndonesia, sebagai bahan pembelajaran bagi kita semua, sebagai berikut:
- Demonstrasi Berpita Bintang Kejora: Front PEPERA-PB Desak Belanda, AS Dan PBB Gelar Referendum Untuk Papua (judul asli), sebaiknya menjadi: DEMONSTRASI BERPITA BINTANG KEJORA: Front PEPERA-PB Desak Gelar Referendum.
- RUMAH GADANG BUNDO KANDUANG DI GUDAM PAGARUYUNG: Benda Pusaka Tak Terawat, Ahli Waris Tetap Bayar PBB (judul asli), sebaiknya menjadi: RUMAH GADANG BUNDO KANDUANG: Benda Pusaka Terabaikan, Ahli Waris Tetap Bayar PBB.
- Survei International Budget Project: Indonesia Urutan Ke 28 Dari 36 Negara (judul asli), sebaiknya menjadi: SURVEI INTERNATIONAL BUDGET PROJECT: Indonesia Urutan ke-28.
- Angka Kemiskinan Di Indonesia Saat Ini Mencapai 33 Juta KK (judul asli), sebaiknya menjadi: Angka Kemiskinan Indonesia Capai 33 Juta KK

Kedua, sebuah judul tulisan hendaknya dibuat semenarik-menariknya. Perlu disadari bahwa sebuah judul berfungsi sebagai pintu gerbang bagi sebuah tulisan untuk pembaca yang sedang lewat di antara deretan tulisan yang terpampang di depannya, baik di koran offline, koran online, buku, majalah, dan lain-lain. Oleh karenanya, jika seorang penulis ingin agar tulisannya “disinggahi” pembaca, ia harus berusaha “mendandani” judul tulisan agar terlihat dan terdengar “seksi”, “menggairahkan”, memotivasi, dan “menjanjikan”.

Ada beberapa tips yang bisa dikemukakan dalam tulisan ini. Pertama, gunakan kata dan kalimat yang menggugah rasa ingin tahu pembaca. Misalnya, Ketika SBY Memimpin Menyanyikan Lagu Nasional (Luhur Hertanto, detikcom). Kedua, dapat menggunakan kutipan kata/kalimat yang terkesan “bombastis” yang ada di dalam tulisan. Misalnya: PIDATO PRESIDEN RI: Gaji PNS Naik 20%. Ketiga, beberapa penulis senior gemar menggunakan kalimat tanya dan kalimat seru. Contoh: Apa Makna Kemerdekaan? (Ahmad Arief dan Luki Aulia, kompas.com). Agama Itu Pembawa Kehancuran! (Robert Nio, KI). Keempat, sebagian penulis lagi lebih menyukai kata dan ungkapan bergaya bahasa “berseni”, semisal: menggantang harapan, segenggam asa, benci tapi rindu, dan sebagainya. Kelima, untuk tulisan rubrik olahraga, sering sekali digunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola. Misalnya: Bayern Luluh Lantakkan Bremen (Mohammad Yanuar Firdaus, detikcom).

Ketiga, penulis amat dianjurkan untuk mengikuti aturan-aturan resmi Bahasa Indonesia dalam pembuatan judul karangan. Beberapa di antara kaidah tersebut, disesuaikan dengan keperluan standar di KabarIndonesia, adalah sebagai berikut:

- Penulisan judul artikel atau tulisan/berita harus menggunakan huruf kapital pada setiap huruf awal kata yang digunakan, kecuali kata sambung (dan, oleh, yang, dsb) dan kata penunjuk tempat (di, ke). Contoh: Rahasia di Balik Kehidupan Elvis

- Untuk judul tulisan yang menggunakan sub judul (terdiri lebih dari 1 frasa/kalimat), berlaku ketentuan: judul pokok menggunakan huruf kapital semua, diikuti tanda titik dua, dan kemudian sub judul menggunakan huruf kapital di awal kata-katanya saja. Contoh: HATIKU MERANA: Kenangan yang Tidak Terlupakan

- Penulisan alamat website, blog, email, dan sejenisnya menggunakan huruf kecil semua.

- Penulisan nama tanaman, hewan, dan mahluk hidup lainnya dalam bahasa latin menggunakan huruf kecil kecuali nama Genus untuk huruf pertama menggunakan huruf besar, sedangkan nama species menggunakan huruf kecil. Contoh: Rafflesia arnoldii (‘Rafflesia’ adalah nama Genus sedangkan ‘arnoldii’ adalah nama species).

- Judul tidak menggunakan titik di akhir kalimat judul.

- Judul sebaiknya dalam bentuk frase benda, bukan dalam bentuk kalimat.
Contoh: Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu Dibudidayakan (bentuk kalimat).
Sebaiknya judul ini diedit menjadi frasa benda: Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan.

- Penggunaan akronim (singkatan) sangat terbatas pada akronim yang sudah baku seperti PMI, UNESCO, RI, dan lain-lain, serta singkatan yang sudah sangat umum dikenal masyarakat, seperti SBY-JK, Wapres, PDI-P, dan lain-lain.

Sekali lagi, ketekunan setiap kita para penulis dalam memperluas wawasan dan pengetahuan akan selalu menjadi kekuatan terbesar dalam menciptakan penulis yang handal dan profesional. Demikian juga dalam menghasilkan judul tulisan yang menarik dan berkualitas. Oleh karena itu, hendaklah terus-menerus mengasah dan melatih diri, memperbaiki kekurangan pada tulisan terdahulu, serta mempertajam insting menentukan judul yang tepat.

Selamat menulis.***

Pentingnya Proses Editing

Banyak orang besar, atau yang memiliki potensi untuk menjadi orang besar, mengalami kegagalan bukan karena hambatan dan masalah besar, melainkan terjerembab hanya oleh karena kerikil-kerikil kecil yang mengganjal perjalanan kerjanya. Demikian juga dalam dunia tulis-menulis. Teramat banyak orang gagal karena masalah-masalah sepele yang luput dari perhatiannya. Tidak terhitung jumlah tulisan, berita, artikel, dan lain sebagainya yang dengan terpaksa “mental” dari meja redaksi surat kabar hanya karena kesalahan dua atau tiga kata yang salah tulis atau salah ketik.

Jangan pernah berpikir, bahwa jika tulisan-tulisan yang anda kirim ke redaksi sebuah surat kabar, majalah, atau penerbit, yang dikembalikan kepada penulisnya melulu karena tulisan anda itu tidak bermutu. Harus diyakinkan pada diri sendiri bahwa tulisan anda itu berkualitas tinggi, setidaknya bagi anda sendiri sebagai pembuatnya. Jika akhirnya ditolak oleh sebuah atau berbagai media massa, biasanya alasan penolakan itu berputar pada: esensi tulisan yang berbeda dengan misi media, dan yang terbanyak adalah karena “kesalahan kecil” salah ketik dan penggunaan kata/bahasa dalam tulisan yang kurang tepat.

Jurnal ilmiah baik nasional dan apalagi internasional lebih “ketat” lagi. Editor jurnal ilmiah internasional mempersyaratkan kesalahan ketik hanya boleh tiga (3) kali dalam sebuah tulisan. Artinya, saat seorang editor membaca tulisan ilmiah Anda dan tiba pada kesalahan ketik yang ke-4, maka dengan segera tulisan tersebut akan dilempar ke tong sampah, tidak perduli apakah substansi tulisan anda itu penting atau tidak. Bahkan bila teramat pentingpun, tulisan ilmiah itu akan segera dikembalikan kepada anda untuk diedit, direvisi atau diperbaiki lagi. Dalam kasus terakhir ini, yang pasti kredibilitas tulisan dan penulisnya telah mengalami degradasi dan sulit untuk bersaing dengan tulisan-tulisan ilmiah kiriman penulis lainnya.

Mengedit dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh diri sendiri terhadap tulisan sendiri dan oleh editor berbagai media massa – harian, mingguan, tabloid, majalah, dan lain sebagainya. Kegiatan edit-mengedit terlihat sepele sehingga tahap ini sering sekali kita abaikan. Padahal, pengalaman hampir semua penulis besar mengungkapkan bahwa proses editing adalah sebuah tahapan menulis yang menjadi salah satu kunci sukses mereka menjadi penulis ternama. Editing adalah kunci pertama untuk memprediksi apakah seorang penulis bakal sukses atau tidak. Oleh karena itu, dalam setiap kali menulis, senantiasalah melakukan proses editing minimal tiga (3) kali sebelum sebuah tulisan dikirimkan ke redaksi. Walau sudah demikian, ketatnya melakukan editing, masih juga terdapat kesalahan ketik; kesalahan pemenggalan kata, kalimat, dan paragraph; kesalahan tanda baca; dan lain sebagainya.

Ada penulis yang beranggapan, bahwa berhubung ada tim editor pada setiap surat kabar atau media massa, sehingga setiap penulis boleh saja mengirimkan tulisannya kepada redaksi sebuah media massa tanpa harus diedit alias masih amat mentah, belum terverifikasi ketepatan kata, tanda baca, pemenggalan kalimat, dan lai-lain. Pendapat ini ada benarnya, tetapi bila anda terbiasa melakukan editing dan terutama memastikan bahwa tulisan anda terhindar dari kesalahan-kesalahan redaksional kecil, maka keuntungan itu tidak akan dinikmati oleh orang lain, melainkan oleh diri anda sendiri. Keuntungan itu antara lain: pesan anda dapat ditangkap dengan baik oleh editor dan pembaca, disiplin tulis-menulis anda akan semakin meningkat dan berimbas kepada kharakter kepribadian anda yang baik dalam menghadapi tugas-tugas lain, dan tulisan anda akan cepat dimuat atau ditayangkan di media massa sasaran anda karena sudah “bersih” dari kesalahan-kesalahan redaksional.

Untuk membantu anda para penulis KabarIndonesia, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit tulisan disesuaikan dengan pengalaman kesalahan editing tulisan-tulisan di KabarIndonesia selama ini. Dalam memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan ini perlu ditunjang oleh keinginan anda untuk belajar tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Melalui pola ini, anda bekerja dengan modal berbahasa yang berkualitas tinggi. Ketentuan-ketentuan di bawah ini pun, hanya sekumpulan kecil dari hal-hal yang perlu diketahui, dipahami, dan diterapkan oleh seorang penulis. Mempelajari dan menambahkan dengan ketentuan atau kaidah penulisan yang baik lainnya menjadi tugas kita bersama.

Kesalahan pertama yang sering dan mudah dijumpai adalah kesalahan menempatkan posisi tanda-tanda baca, seperti tanda “titik”, “koma”, “titik dua”, “titik koma”, dan lain-lain. Fungsi titik pada umumnya adalah untuk mengakhiri sebuah kalimat. Sehingga setiap kalimat yang sudah selesai perlu diberi tanda titik (.). Tanda ini dibuat segera setelah kata yang terakhir pada kalimat itu tanpa diantarai oleh spasi, alias menempel pada kata terakhir. Misalnya: “Kucing itu memanjat pohon untuk menangkap burung.”, bukan “Kucing itu memanjat pohon untuk menangkap burung .” Perhatikan tanda titik yang dibuat setelah kata “burung”.

Setelah tanda titik, diharuskan memberikan spasi (jarak antara) untuk memulai kalimat baru. Misalnya: “Kucing itu memanjat pohon untuk menangkap burung. Dia berusaha memanjat dengan mengendap-endap agar tidak terdengar oleh sang burung sasarannya.” Perhatikan dengan seksama tanda titik setelah kata “burung” segera diikuti tanda antara (spasi) sebanyak 1 kali, tidak 2 kali atau lebih. Khusus tanda jarak antara atau spasi ini, perlu diletakkan tidak hanya di antara setiap 2 kata, tetapi juga setelah tanda-tanda baca (titik, koma, titik dua, titik koma, tanda seru, tanda tanya, dan lain-lain).

Tanda koma (,), titik dua (:), titik koma (;), dan tanda baca yang lain seperti tanda tanya (?), tanda seru (!), diletakkan segera atau menempel pada kata yang mendahuluinya. Misalnya: “Ketiganya adalah Andy, Anna, dan Anggun.” Perhatikan tanda koma yang diletakkan segera tanpa spasi setelah kata Andy, Anna, dan Anggun. Demikian juga dengan tanda-tanda baca lainnya, misalnya (contoh:), (saya;), (mengapa?), (pergilah!) (“dia sedang bepergian”), dan seterusnya. Khusus tanda kurung (…), tanda kurung pembuka diletakkan segera sebelum kata atau menempel pada kata yang akan mengikutinya; dan tanda kurung penutup diletakkan segera sesudah kata yang mendahuluinya. Demikian juga dengan tanda petik (“… ”), tanda petik pembuka ditempelkan pada kata yang akan mengikutinya, sedangkan tanda petik penutup ditempelkan setelah kata yang mendahuluinya. Namun perlu diperhatikan bahwa bila kalimat yang dalam tanda petik itu adalah sebuah kalimat langsung yang diikuti tanda titik, maka tanda baca titik itu harus diletakkan sebelum tanda petik penutup. Misalnya: dia berkata “Kami akan segera ke sana.” Perhatikan tanda titik yang ada di dalam tanda petik.

Kesalahan editing lainnya yang sering sekali muncul dari artikel-artikel penulis, baik penulis pemula maupun profesional adalah “salah ketik”. Seperti sudah disebutkan di atas, kita tidak terlepas dari kekurang-telitian pengetikan ini. Misalnya, kata “bisa” tertulis “bias”, kata “hukum” menjadi “hukom”, “menganggap” menjadi “mengangap”, dan seterusnya. Kesalahan-kesalahan ketik seperti contoh berikut ini lebih fatal akibatnya karena merubah makna. Oleh sebab itu perlu benar dihindari agar pesan yang ingin disampaikan tidak harus hilang oleh kesalahan ketik. Contohnya: kata “tetapi” menjadi “tetap”, kata “memang” menjadi “menang”, kata “busung” menjadi “burung”, dan lain-lain.

Perlu diingat, bahwa dalam melakukan editing, penulis juga perlu memperhatikan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Contoh kesalahan yang sering terjadi adalah penempatan spasi di antara suku kata “di” dan kata yang mengikutinya, seperti “di bahas” yang seharusnya “dibahas”, “di rekam” yang mestinya “direkam”, “di balas” seharusnya “dibalas”, dan lain-lain. Satu kunci sederhana untuk menentukan apakah suku kata “di” itu perlu dipisahkan dari kata dasarnya adalah apakah kata setelah “di” itu merupakan kata tempat atau bukan. Misalnya “di sekolah” bukan “disekolah”. Perhatikan bahwa sekolah adalah kata tempat sehingga kata itu dipisahkan dari partikel “di” yang mendahuluinya. Namun akan berbeda jika suku kata “di” itu berfungsi sebagai awalan (prefix), semisal “disekolahkan”, bukan “di sekolahkan”.

Berkenaan dengan komitmen KabarIndonesia yang akan terus-menerus mendukung semua orang menjadi penulis atau pewarta, maka amat wajar jika terdapat banyak sekali tulisan dari para penulisnya yang masih belum sesuai dengan ketentuan tata bahasa Indonesia. Namun demikian, jangan berkecil hati karena semua itu dapat diatasi secara perlahan-lahan, terutama karena dukungan anda sebagai penulis KabarIndonesia, para pembelajar yang akan terus belajar mengetahui dan memahami tata bahasa kita sendiri, Bahasa Indonesia. Sebab itu, menyempatkan diri mempelajari peraturan ketata-bahasaan Indonesia adalah mutlak bagi seorang penulis KabarIndonesia.

Anda boleh saja melakukan kesalahan hari ini, entah salah ketik, entah salah tata bahasa, dan lain-lain, namun satu hal yang tidak boleh terjadi jika kesalahan itu harus terulang pada tulisan anda berikutnya. Penyesuaian tulisan kita terhadap peraturan kebahasaan diperlukan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas tulisan anda, tapi juga dalam kerangka membiasakan diri sendiri dan bangsa Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.***